Tuesday, January 15, 2008

Tanggung Jawab Pendidikan?

Keluarga cerdas menghasilkan generasi cerdas, sekolah cerdas menghasilkan pendidikan cerdas, pendidikan cerdas menghasilkan masyarakat cerdas, dan akhirnya masyarakat cerdas menghasilkan pemerintah cerdas.


“Pekerjaan terbaik bagi setiap orang adalah pekerjaan yang memberikan kebahagiaan bagi orang tersebut” ini adalah pernyataan modern, pernyataan yang memberikan alasan kepada generasi muda sebagai alasan atas kegagalan yang mereka alami. Banyak generasi sekarang ini yang karena kesalahan di masa lalu gagal mencapai cita-cita yang mereka targetkan sejak muda dan memutar haluan dengan mendapatkan pekerjaan apa saja yang tersedia untuk dikerjakan, banyak yang berhasil, namun juga banyak yang tidak. Ada yang berjuang untuk tetap menggapai cita-cita kecil mereka dengan tetap memikirkannya dan berusaha membuka jalur untuk segera berpindah ke cita-cita mereka.
Suatu komunitas masyarakat terdiri dari generasi muda dan generasi tua, dimana kedua belah pihak memiliki kepentingan yang saling terkait. Namun tidak sedikit yang berbeda tujuan dan cara. Paradigma yang berbeda dan keinginan yang berbeda pula. Masyarakat kita adalah masyarakat yang tidak memiliki ruang untuk kebebasan, hanya sedikit keluarga yang memberikan kebebasan bagi generasi muda mereka untuk menentukan pilihan. Banyak yang berhasil namun tidak sedikit pula yang gagal. Yang gagal di vonis telah menyia-nyiakan masa muda dan yang berhasil dianggap generasi terbaik.
Namun bagaimana kita menilai keberhasilan, pekerjaan apa yang terbaik bagi generasi muda saat ini. Menurut paradigma para orang tua pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang memberikan jaminan masa depan, penghasilan tetap, jaminan hari tua, tunjangan anak dan tunjangan istri. Sementara jalur pendidikan yang kita miliki saat ini tidaklah mengarah terhadap paradigma tersebut, jalur pendidikan kita saat ini adalah jalur pendidikan keilmuan, bukan jalur keahlian, dimana untuk jalur pendidikan keahlian pekerjaan bukan menjadi masalah, karena tidak banyak lulusan akademi militer yang menganggur, juga akademi keperawatan, politeknik, akademi pelayaran dan jalur pendidikan sejenis akademi menghasilkan lulusan yang memang siap diserap lapangan kerja. Tapi bagaimana dengan jalur pendidikan keilmuan seperti Sarjana, golongan inilah yang dewasa ini memenuhi jumlah penganggur di negeri ini. Seorang sarjana akan kesulitan menemukan lapangan kerja yang sesuai bagi mereka karena lulusan Sarjana tidaklah memiliki keahlian yang memadai, baik untuk mereka sendiri, maupun untuk pihak lain. Dari apa yang didapatkan di bangku kuliah, seorang sarjana harusnya menjadi creator, pemimpin, atau innovator. Seorang sarjana harusnya mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan akademi, seorang sarjana harusnya bisa memecahkan permasalahan-permasalahan umum yang terjadi di komunitas. Seorang sarjanalah yang harusnya menentukan apa yang harus di kerjakan dalam suatu komunitas, sarjanalah yang menentukan apa yang diproduksi, bagaimana memproduksi, kemana akan dipasarkan, berapa harga yang sesuai.
“Pekerjaan terbaik bagi setiap orang adalah pekerjaan yang memberikan kebahagiaan bagi orang tersebut” menjadi alasan yang membenarkan si Andi jadi wartawan, si Ahmad jadi sales property, si Doni jadi pengusaha dan si Boni jadi aktivis LSM lingkungan. Bagi mereka dunia pendidikan hanya tempat untuk mengembangkan pola pikir, bukan untuk mengembangkan potensi diri. Dunia pendidikan hanyalah tempat dimana kita dapat mempelajari teori lama, namun masyarakatlah guru yang mengajar kita bagaimana kita harus hidup, masyarakatlah yang menentukan generasi mudanya akan jadi apa, karena setelah menyelesaikan rutinitas universitas pada akhirnya kita akan kembali ke masyarakat.
Karier seharusnya tidak dibangun sejak menginjakkan kaki di dunia kerja, namun harus dibangun sejak dini, paling tidak sejak memilih jalur pendidikan yang akan ditempuh dan juga pada saat akan menentukan tujuan hidup. Cita-cita masa kecillah yang harusnya menjadi karier, dan adalah tugas generasi tua untuk memastikan cita-cita ini bisa dicapai.
Dunia pendidikan adalah fungsi dasar pemerintahan dalam suatu negara, dan sekolah bukanlah sebuah gedung yang megah, bukan juga teknologi canggih, tapi pendidikan hanyalah terdiri dari pikiran yang terbuka, kemauan untuk maju dan kehendak untuk bebas.
Pendidikan terdiri dari banyak jenjang, ada pendidikan keluarga, pendidikan komunitas, dan ada pendidikan nasional yang akhirnya pendidikan global. Pendidikan keluargalah yang menentukan tingkat kecerdasan, moral dan perilaku, sementara pendidikan komunitas berfungsi untuk membukakan pikiran tentang etika, sosialisasi dan kepedulian, kemudian pendidikan nasional lebih berfungsi untuk membukakan pikiran tentang nasionalisme dan tujuan nasional dan akhirnya pendidikan globallah yang membentuk dan mengarahkan kecerdasan, keterbukaan pikiran, etika nasionalisme dan tujuan nasional dengan kondisi alam.
Konsep negara adalah individu, keluarga dan masyarakat, dan alam adalah gabungan dari keempatnya yang kemudian kita sebut sistem. Alam adalah satu unity yang tidak bisa dipisahkan, karena ketika salah satu terpisah maka akan terjadi ketidakseimbangan antar sistem dan sub-sub sistem dan akhirnya konsep akan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Kegagalan keluarga untuk menghasilkan generasi yang cerdas, akan memberikan sumbangan bagi kegagalan sekolah atau pendidikan komunitas, dan kegagalan ini juga akan menyumbang kegagalan pendidikan nasional, yang akhirnya secara global akan menghasilkan generasi yang gagal, generasi yang dipenuhi pelaku kriminal, pejabat yang korup, pemerintahan yang tidak adil dan akhirnya masyarakat yang tidak peduli, dan generasi yang akan datanglah yang menerima akibatnya.
Metode pendidikan kita saat ini adalah metode simpan pinjam, dimana para guru berusaha keras untuk memasukkan pengetahuan mereka ke dalam pikiran para anak didiknya, dan pada akhirnya simpanan itu akan dimintai pertanggungjawabannya pada akhir semester atau mid semester. Dan bila para anak didik gagal untuk mengembalikan pinjamannya maka mereka akan diberi sanksi berupa red list. Dan kalau terlalu banyak yang gagal maka akan diberikan kebijakan seperlunya, ada yang dikenai sangsi pelajaran tambahan, ada yang dijadwal ulang atau tinggal kelas atau yang lebih ekstrim pendongkrakan nilai ujian. Metode ini adalah lumrah di negara ini, bukan hanya di dunia pendidikan namun juga dunia usaha dan perbankan, karena segala permasalahan bangsa harus diselesaikan dengan mufakat dan musyawarah untuk kepentingan bersama. Dan untuk menghindari rasa malu bersama dan menutupi kegagalan bersama.
Keberhasilan sekelompok siswa kita di ajang internasional tidak membuktikan bahwa sistem pendidikan kita sudah berjalan baik, ini hanyalah keberhasilan ditingkat pendidikan keluarga, keluarga yang menghasilkan generasi cerdas, keluarga yang memahami konsep pendidikan yang benar dan melakukan fungsinya dengan baik.
Pada akhirnya dari semua permasalahan yang dihadapi bangsa ini metode pendidikanlah yang harus dimintai pertanggung jawaban, cara kita mengajaralah yang harusnya dipertanyakan, kurikulum kitalah yang harusnya ditimbang kembali. Sehingga kita tidak lagi mendengar alasan bahwa orang miskin dilarang kuliah dan supaya semua insan sadar bahwa nonton film di bioskop tidaklah sama dengan pendidikan, karena kita tidak butuh karcis ke sekolah, tapi ke bioskop kita butuh karcis.
Keluarga cerdas menghasilkan generasi cerdas, sekolah cerdas menghasilkan pendidikan cerdas, pendidikan cerdas menghasilkan masyarakat cerdas, dan akhirnya masyarakat cerdas menghasilkan pemerintah cerdas.

No comments: