Sementara
orang banyak bertanya-tanya “Mengapa hal-hal buruk terjadi pada orang baik?”
tapi pada kesempatan ini saya bertanya “Mengapa kejadian yang baik-baik justru
terjadi pada orang-orang yang tidak baik?”
Kebanyakan
orang punya pandangan sendiri-sendiri tentang orang baik itu yang bagaimana,
sehingga sangat sulit untuk menentukan satu standar untuk mengatakan baik,
orang disebut baik tergantung pada relationship orang-orang tersebut.
Sejahat-jahatnya seorang pria, tentu saja dia adalah orang baik bagi
anak-anaknya. Sehingga pernyataan yang mengatakan “Everybody is a hero” ada
benarnya juga.
Hidup
di dunia ini tidak berhubungan secara langsung dengan baik tidaknya seseorang,
coba lihat bunga bakung ditaman, apakah yang lebih indah dari mereka? Atau coba
perhatikan burung-burung yang berterbangan di angkasa, apakah yang kurang dari
mereka? Atau lihat semak belukar dan ilalang yang selalu menjadi pengganggu
bagi hasil kerja para petani, bahkan mereka lebih hijau dan lebih gemuk
daripada batang-batang padi di sawah.
“Every things is a gift, and everybody
is a gift” manusia tidak punya dasar atau tidak punya
kompetensi untuk mengukur baik tidak nya manusia lainnya. Karena pada dasarnya
semua manusia itu adalah baik. Ambil satu contoh kasus cerita rakyat Inggris
Raya “Robin Hood. Bagi pelaksana pemerintahan pada masa itu, Robin adalah
penjahat yang harus segera di tangkap dan di hukum pancung karena kejahatannya
sudah sedemikian besar, namun bagi kebanyakan masyarakat di pedalaman,
masyarakat yang tinggal di pinggir hutan Robin adalah pahlawan, Robin adalah
orang baik.
Jadi
siapakah orang baik?
Contoh
yang paling gampang dan paling dekat dengan kita adalah para politisi kita saat
ini, di satu pihak mereka adalah orang baik-baik, tapi di pihak lain mereka
bukan orang baik. Dalam politik hanya satu prinsip yang dipegang, yaitu
seseorang harus kalah supaya orang yang lainnya bisa menang. Tidak ada win-win solution, setiap pilihan yang
yang diambil akan memberikan kemenangan atau kekalahan. Kondisi ini memaksa
mereka menjadi manusia setengah. Setenga baik, setengahnya tidak baik, atau setengah
jujur dan setengahnya tidak jujur.
Ada
juga pendapat yang mengatakan orang bisa disebut baik ketika di berbuat atau
memberikan pemberian berupa hadiah tanpa mengharapkan imbalan “Pemberian tanpa
Pamrih”. Dalam kepercayaan agama tertentu kondisi ini disebut “kasih”. Misalnya
ketika seseorang meminjam duit, barang atau apa saja, maka ketika kita
mengambil keputusan untuk meminjamkan orang itu, kita sudah harus siap bahwa
uang, barang dan apapun itu tidak akan kembali, artinya kita bukan meminjamkan
tapi justru memberikan.
Banyak
hal yang bisa disebut perbuatan baik, namun pada kesempatan ini perbutan baik
hanya ada satu, yaitu perbuatan yang memberikan dampak positif bagi orang baik
yang berasal dari sumber yang baik pula.
Banyak
orang yang melakukan perbuatan yang akhirnya membawa dampak positif bagi orang
lain, namun sumber perbutan itu berasal dari perbutan tidak baik, misalnya uang
dari hasil mencuri atau korupsi disumbangkan bagi yayasan penyandang cacat,
maka uang itu akan membawa dampak positif bagi yayasan itu dan orang cacat yang
di sandang yayasan tersebut. Kejadian seperti ini lumrah terjadi di masyarakat
luas saat ini, dengan alasan untuk mengurangi rasa bersalah.
No comments:
Post a Comment